Kamis, 31 Januari 2019

DIA BUKAN JODOH Q...




Dia Bukan Jodoh Q…  Ini adalah perkataan yang sering terucap dari pasangan yang telah lama menikah, namun pada akhirnya memutuskan untuk berpisah. Sungguh ironis sekali, setelah menjalani hubungan sebagai suami – isteri sekian lama, mereka berkata bahwa mereka bukan jodoh. Lalu apa yang mereka pikirkan ketika mereka berpacaran, menghitung biaya nikah, bimbingan pra nikah, malam sebelum pernikahan, mengucapkan janji nikah (akad nikah)? Saya sangat yakin bahwa mereka pada masa itu merasa yakin, bahkan sangat yakin bahwa wanita / pria yang akan dia ceraikan sekarang adalah jodohnya.

 Satu kali masa beberapa tahun yang silam, seseorang yang saya kenal menyatakan bahwa dia dan pasangannya akan menikah. Saya sangat senang sekali. Setelah bertemu dengan pasangannya, saya merasa bahwa sesungguhnya mereka tidak cocok. Bahkan pernyataan saya itu diteguhkan oleh teman saya (Pendeta).  Dalam bimbingan pra nikah pun, pertanyaan yang sama disampaikan oleh pendeta, hasilnya mereka bersikukuh dan sangat yakin bahwa itulah jodohnya.

Tahun berganti, mereka tidak juga dikaruniakan anak, masalah timbul silih berganti tanpa ada yang terselesaikan. Bahkan ketika meminta pendapat kepada orangtua dari kedua belah pihak, solusinya adalah : CERAI. Zaman dahulu, orangtua sangat malu bila anaknya bercerai,zaman now : ENJOY aja. Zaman telah berubah, pemikiran pun berubah, sayangnya banyak perubahan yang terjadi lebih mengarah kepada hal yang negative.
Dan pada akhirnya mereka berpisah, beberapa waktu yang lalu, salah seorang dari mereka menikah lagi.

Saya sangat menentang perceraian, apapun alasannya.

                Sejauh yang saya tahu, orang batak sangat menentang perceraian, menghina perselingkuhan, membenci hubungan gelap, bahkan mengutuki SIOSE PADAN.

                Hari – hari ini, situasi telah bergeser, entah karena zaman, atau karena ketidakpedulian kita terhadap apa yang telah diajarkan oleh para pendahulu kita. Khususnya, masalah perceraian. Bila ingin berpisah, biasanya akan diperhadapkan kepada tua – tua kampong (natua-tua ni huta)  kita harus menjelaskan secara detail, apa, mengapa, bagaimana, sejak kapan kita terpikir untuk berpisah. Banyak nasehat, peringatan, wejangan, pertimbangan yang akan disampaikan oleh para tua-tua, yang meminta agar jangan terjadi perceraian bahkan sampai kepada yang paling keras yaitu HUKUMAN secara ADAT. Yang biasanya akan berakhir kepada rujuk kembali. Tradisi itulah yang melekat pada orang batak, sehingga sering dikatakan bahwa PASANGAN ORANG BATAK ADALAH PASANGAN YANG PALING SETIA. Tetapi sekarang ini, banyak yang bercerai dengan berbagai alasan, yang mana alasan tersebut, adalah alasan yang sama yang diucapkan oleh mereka yang telah bersikukuh untuk bercerai. Alasan yang umum adalah karena tidak memiliki keturunan (anak), alasan yang lain adalah karena ketidakcocokan pendapat bahkan sampai ketidakcocokan pendapatan.

                Menurut saya, alasan yang mereka buat itu, bukanlah sebuah kebenaran, melainkan PEMBENARAN terhadap apa yang mereka telah lama pikirkan. Mengapa demikian? Banyak yang menikah dan tidak dikaruniai anak, tetapi tetap bersama hingga ajal menjemput. Banyak yang selalu berbeda pendapat, tetapi mereka menganggap bahwa perbedaan itu sebagai cara Tuhan untuk membentuk mereka. Banyak  yang berbeda pendapatan, tetapi mereka tetap bersama karena mereka menyadari bahwa mereka dipersatukan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.

                So, berpisah atau tetap bersama tidaklah ditentukan oleh Anak, Pendapat, ataupun Pendapatan, karena sejak semula kita memang tidak punya anak, kita memang berbeda pendapat dan berbeda pendapatan, namun pada masa itu, keputusan telah diambil, bahwa akan menerima pasangan baik dalam suka/duka, susah/senang, sakit/sehat, kaya/miskin, dan lain sebagainya.

 Berpisah atau Bersama ditentukan oleh APAKAH KITA SIAP BERTAHAN DAN TETAP MENERIMA DIA seperti janji yang pernah diucapkan ketika menikah, apakah kita tetap PRIBADI yang sama dengan ketika janji itu diucapkan.

Bila hari ini, engkau terpikir untuk BERCERAI, STOP….. Usir jauh – jauh pikiran itu. Engkau sedang diperdaya oleh setan, yang menginginkan keluargamu hancur dan berantakan.

Bila hari ini, engkau terpikir bahwa dia bukan jodohmu, STOP… Buang jauh – jauh hal itu dari benakmu. Engkau sedang dituntun oleh Iblis ke dalam perangkapnya.

Bila engkau berpikir untuk berpisah karena tidak memiliki keturunan, STOP… Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk menjadi orangtua bagi banyak orang. Cobalah pergi ke Panti Asuhan lihatlah anak – anak disana. Bisa jadi Tuhan mempersiapkanmu untuk menjadi orangtua asuh salah satu anak disana. Atau mungkin bukalah Panti Asuhan, hingga engkau menjadi orangtua bagi banyak orang. Coba bayangkan, bila engkau berpisah dari pasanganmu, lalu menikah dengan orang lain dan ternyata tidak juga diberi anak, apakah engkau akan meninggalkannya juga?

Bila Engkau berpikir untuk berpisah karena tidak memiliki keturunan, STOP….  Coba instropeksi diri, apakah kamu merasa nyaman dekat dengan anak-anak? Bila tidak nyaman, maka wajar bila kamu tidak memiliki anak. Karena Tuhan pastinya mengaruniakan kepada mereka yang layak.

Bila engkau berpikir untuk berpisah karena Ketidakcocokan, STOP…. Cobalah untuk melihat pasanganmu dari sisi atau sudut yang berbeda, jangan – jangan ketidakcocokan itu bukan berasal darinya tapi dari sisi dan sudut pandangmu. Bisa jadi kalian melihat objek yang sama tetapi kalian melihat dari sudut pandang yang berbeda, maka pastilah tidak cocok. Cobalah untuk menyamakan pandangan dan persepsi kalian berdua.

Bila engkau berpikir untuk berpisah karena beda Pendapatan (Khusunya apabila pendapatan isteri lebih banyak),  STOP…..  Ketahuilah kepada setiap orang dikarunikan berbeda – beda termasuk masalah pendapatan. Ketahuilah bahwa “ Tidak baik manusia itu seorang diri, maka Allah memberikan kepadanya PENOLONG yang sepadan”. Penolong bukan penodong ataupun perongrong.  

Penutup
Dalam Dunia Pendidikan, Butuh waktu 2 (dua) Tahun hingga 4 (empat) tahun Pendidikan, kemudian  6 (enam) bulan untuk bimbingan Skripsi atau Thesis, lalu menghadapi ujian meja hijau selama kurang lebih 30 (tigapuluh) menit  sampai dengan  120 (seratus duapuluh) menit. Selanjutnya, diwisuda atau berpesta.
Dalam Pernikahan, Kamu hanya menjalani 3 (tiga) bulan bimbingan Pra Nikah, lalu berpesta, selajutnya menghadapi Pendidikan dan Ujian seumur hidup.
Persamaan antara Pendidikan dan Pernikahan: Semua Orang Ingin Masuk Kesana, dan Semua orang yang masuk Ingin Keluar dari Sana.
Perbedaanya : Semua yang masuk kedunia Pendidikan harus segera menyelesaikannya secepat mungkin, dalam pernikahan tidak ada kata keluar kecuali karena maut.

Salam, 
Smart Kids Indonesia



Ps. Mangadar Sihaloho,A.Md.,S.Pd




   



   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANDROID “PERUSAK” MASA DEPAN

Smart People, jagalah anak kita dengan segala kewaspadaan yang kita miliki. Karena existensi kita ditentukan oleh keturunan kita (anak...