Dia Bukan Jodoh Q… Ini adalah perkataan yang sering terucap dari pasangan yang telah lama menikah, namun pada akhirnya memutuskan untuk berpisah. Sungguh ironis sekali, setelah menjalani hubungan sebagai suami – isteri sekian lama, mereka berkata bahwa mereka bukan jodoh. Lalu apa yang mereka pikirkan ketika mereka berpacaran, menghitung biaya nikah, bimbingan pra nikah, malam sebelum pernikahan, mengucapkan janji nikah (akad nikah)? Saya sangat yakin bahwa mereka pada masa itu merasa yakin, bahkan sangat yakin bahwa wanita / pria yang akan dia ceraikan sekarang adalah jodohnya.
Satu kali masa beberapa tahun yang silam,
seseorang yang saya kenal menyatakan bahwa dia dan pasangannya akan menikah. Saya
sangat senang sekali. Setelah bertemu dengan pasangannya, saya merasa bahwa
sesungguhnya mereka tidak cocok. Bahkan pernyataan saya itu diteguhkan oleh
teman saya (Pendeta). Dalam bimbingan
pra nikah pun, pertanyaan yang sama disampaikan oleh pendeta, hasilnya mereka
bersikukuh dan sangat yakin bahwa itulah jodohnya.
Tahun berganti,
mereka tidak juga dikaruniakan anak, masalah timbul silih berganti tanpa ada
yang terselesaikan. Bahkan ketika meminta pendapat kepada orangtua dari kedua
belah pihak, solusinya adalah : CERAI. Zaman dahulu, orangtua sangat malu bila
anaknya bercerai,zaman now : ENJOY aja. Zaman telah berubah, pemikiran pun
berubah, sayangnya banyak perubahan yang terjadi lebih mengarah kepada hal yang
negative.
Dan pada
akhirnya mereka berpisah, beberapa waktu yang lalu, salah seorang dari mereka
menikah lagi.
Saya sangat
menentang perceraian, apapun alasannya.
Sejauh
yang saya tahu, orang batak sangat menentang perceraian, menghina
perselingkuhan, membenci hubungan gelap, bahkan mengutuki SIOSE PADAN.
Hari
– hari ini, situasi telah bergeser, entah karena zaman, atau karena
ketidakpedulian kita terhadap apa yang telah diajarkan oleh para pendahulu
kita. Khususnya, masalah perceraian. Bila ingin berpisah, biasanya akan
diperhadapkan kepada tua – tua kampong (natua-tua ni huta) kita harus menjelaskan secara detail, apa,
mengapa, bagaimana, sejak kapan kita terpikir untuk berpisah. Banyak nasehat,
peringatan, wejangan, pertimbangan yang akan disampaikan oleh para tua-tua,
yang meminta agar jangan terjadi perceraian bahkan sampai kepada yang paling
keras yaitu HUKUMAN secara ADAT. Yang biasanya akan berakhir kepada rujuk
kembali. Tradisi itulah yang melekat pada orang batak, sehingga sering
dikatakan bahwa PASANGAN ORANG BATAK
ADALAH PASANGAN YANG PALING SETIA. Tetapi sekarang ini, banyak yang
bercerai dengan berbagai alasan, yang mana alasan tersebut, adalah alasan yang
sama yang diucapkan oleh mereka yang telah bersikukuh untuk bercerai. Alasan yang
umum adalah karena tidak memiliki keturunan (anak), alasan yang lain adalah
karena ketidakcocokan pendapat bahkan sampai ketidakcocokan pendapatan.
Menurut
saya, alasan yang mereka buat itu, bukanlah sebuah kebenaran, melainkan
PEMBENARAN terhadap apa yang mereka telah lama pikirkan. Mengapa demikian? Banyak
yang menikah dan tidak dikaruniai anak, tetapi tetap bersama hingga ajal
menjemput. Banyak yang selalu berbeda pendapat, tetapi mereka menganggap bahwa
perbedaan itu sebagai cara Tuhan untuk membentuk mereka. Banyak yang berbeda pendapatan, tetapi mereka tetap
bersama karena mereka menyadari bahwa mereka dipersatukan untuk saling
melengkapi satu dengan yang lain.
So,
berpisah atau tetap bersama tidaklah ditentukan oleh Anak, Pendapat, ataupun
Pendapatan, karena sejak semula kita memang tidak punya anak, kita memang
berbeda pendapat dan berbeda pendapatan, namun pada masa itu, keputusan telah
diambil, bahwa akan menerima pasangan baik dalam suka/duka, susah/senang, sakit/sehat,
kaya/miskin, dan lain sebagainya.
Berpisah atau Bersama ditentukan oleh APAKAH
KITA SIAP BERTAHAN DAN TETAP MENERIMA DIA seperti janji yang pernah diucapkan
ketika menikah, apakah kita tetap PRIBADI yang sama dengan ketika janji itu
diucapkan.
Bila hari ini,
engkau terpikir untuk BERCERAI, STOP…..
Usir jauh – jauh pikiran itu. Engkau sedang diperdaya oleh setan, yang
menginginkan keluargamu hancur dan berantakan.
Bila hari ini,
engkau terpikir bahwa dia bukan jodohmu, STOP…
Buang jauh – jauh hal itu dari benakmu. Engkau sedang dituntun oleh Iblis ke
dalam perangkapnya.
Bila engkau
berpikir untuk berpisah karena tidak memiliki keturunan, STOP… Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk menjadi orangtua bagi
banyak orang. Cobalah pergi ke Panti Asuhan lihatlah anak – anak disana. Bisa
jadi Tuhan mempersiapkanmu untuk menjadi orangtua asuh salah satu anak disana. Atau
mungkin bukalah Panti Asuhan, hingga engkau menjadi orangtua bagi banyak orang.
Coba bayangkan, bila engkau berpisah dari pasanganmu, lalu menikah dengan orang
lain dan ternyata tidak juga diberi anak, apakah engkau akan meninggalkannya
juga?
Bila Engkau
berpikir untuk berpisah karena tidak memiliki keturunan, STOP…. Coba instropeksi
diri, apakah kamu merasa nyaman dekat dengan anak-anak? Bila tidak nyaman, maka
wajar bila kamu tidak memiliki anak. Karena Tuhan pastinya mengaruniakan kepada
mereka yang layak.
Bila engkau
berpikir untuk berpisah karena Ketidakcocokan, STOP…. Cobalah untuk melihat pasanganmu dari sisi atau sudut yang
berbeda, jangan – jangan ketidakcocokan itu bukan berasal darinya tapi dari
sisi dan sudut pandangmu. Bisa jadi kalian melihat objek yang sama tetapi
kalian melihat dari sudut pandang yang berbeda, maka pastilah tidak cocok.
Cobalah untuk menyamakan pandangan dan persepsi kalian berdua.
Bila engkau
berpikir untuk berpisah karena beda Pendapatan (Khusunya apabila pendapatan
isteri lebih banyak), STOP….. Ketahuilah kepada setiap orang dikarunikan
berbeda – beda termasuk masalah pendapatan. Ketahuilah bahwa “ Tidak baik
manusia itu seorang diri, maka Allah memberikan kepadanya PENOLONG yang sepadan”.
Penolong bukan penodong ataupun perongrong.
Penutup
Dalam Dunia
Pendidikan, Butuh waktu 2 (dua) Tahun hingga 4 (empat) tahun Pendidikan, kemudian
6 (enam) bulan untuk bimbingan Skripsi
atau Thesis, lalu menghadapi ujian meja hijau selama kurang lebih 30 (tigapuluh)
menit sampai dengan 120 (seratus duapuluh) menit. Selanjutnya, diwisuda
atau berpesta.
Dalam
Pernikahan, Kamu hanya menjalani 3 (tiga) bulan bimbingan Pra Nikah, lalu
berpesta, selajutnya menghadapi Pendidikan dan Ujian seumur hidup.
Persamaan antara
Pendidikan dan Pernikahan: Semua Orang Ingin Masuk Kesana, dan Semua orang yang
masuk Ingin Keluar dari Sana.
Perbedaanya :
Semua yang masuk kedunia Pendidikan harus segera menyelesaikannya secepat
mungkin, dalam pernikahan tidak ada kata keluar kecuali karena maut.
Salam,
Smart Kids Indonesia
Ps. Mangadar Sihaloho,A.Md.,S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar