(SGF) Sekarang ini lagi hangat dibahas tentang kebebasan "BTP" besok hari yaitu Kamis, 24 Januari 2019. Ada yang berharap begitu beliau keluar langsung diangkat menjadi Menteri, ada pingin dia jadi ketua KPK. Apapun yang direncanakan oleh banyak orang tentang pak BTP, keputusan tetaplah berapa ditangan beliau. Pesan beliau kepada para pendukung adalah agar tidak melakukan penyambutan yang terlalu berlebihan, dikhawatirkan dapat menggangu kenyamana orang lain.
Presiden Jokowi belum ada memberi respon tentang bebasnya BTP besok, sebagai teman dan sahabatnya, tentulah beliau juga turut berbahagia menyambut bebasnya BTP. Kita tunggu respon dan tanggapan presiden jokowi besok setelah BTP bebas.
Sedikit review bagi kita Model Kepemimpinan 2 Tokoh negeri ini.
1. IR.
JOKO WIDODO (JOKOWI) – PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
Jika
memandang fisik dan cara berbicaranya bapak yang satu ini, orang terkadang
tidak yakin bahwa beliau adalah Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia ke
7 (tujuh). Cara bicaranya pelan, lambat, sedikit mendayu, dan terkadang
cengengesan dengan gaya ketawanya yang unik.
Ketika
baru menjabat, banyak kata – kata yang tidak pantas, foto – foto hasil
rekayasa, ujaran – ujaran, yang dialamatkan kepada beliau oleh para lawan
politiknya. Mereka mengatakan bahwa jokowi bukanlah sosok pemimpin idaman, dia
hanyalah seorang tukang kayu dari Surakarta, dia tidak cocok menjadi presiden,
dia lemah, kurus, tidak gagah dan berotot seperti lawan politiknya dulu, bahkan
ada yang dengan arogannya mengatakan bahwa masa kepemipinannya tidak akan
sampai 1 (satu) tahun.
Salah
satu kegemaran Jokowi adalah memelihara kodok, katak di kolam. Karena
kegemarannya itu, beliau juga dicaci maki, diejek, disebut sebagai presiden
kodok, disebut Jokodok, tetapi beliau hanya tersenyum dan tertawa cengegesan,
seakan tidak peduli dengan apa yang sedang diperbincangkan orang lain tentang
dirinya. Saya secara pribadi mencoba merenungkan, apa sebenarnya dibalik
kegemaran beliau memelihara kodok? Mengapa beliau sampai membawa kodoknya ke
Istana Negara? Ada apa dengan KODOK?
Saya
mencoba me-review kembali apa yang pernah saya pelajari tentang
kodok (katak), tanpa berpikir terlalu lama, saya mengingat kata Metamorfosis. Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi
pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah
kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel
dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda Dari arti kata
tersebut, saya memahami bahwa pak Jokowi menyadari bahwa kehidupan ini tidak
terlepas dari sebuah proses, perubahan demi perubahan terjadi dalam hidup ini,
walaupun dari segi fisik, beliau, pak Jokowi terlihat biasa saja tetapi di
dalam diri beliau sedang berlangsung metamorphosis
yang menjadikan beliau luarbiasa dan di luar prediksi semua orang.
Setelah
menduduki kursi kepemimpinannya, Jokowi memilih orang – orang yang dapat
dipercaya menjadi pendampingnya (menteri) menjalankan pemerintahan. Ternyata,
beliau tidak bisa menentukan sesuka hatinya,karena ada partai pendukungnya di
pilpres yang minta jatah. Banyak yang kecewa dengan formasi yang telah
ditetapkan oleh beliau, terutama masyarakat sumatera utara, Kalimantan, irian
jaya (kantong-kantong suara jokowi) tetapi beliau berusaha meyakinkan bahwa
waktunya belum tepat untuk melakukan apa yang telah dirancang sebelumnya.
Beliau
tidak banyak bicara, tetapi banyak bekerja, berani memangkas semua pengeluaran maupun
aturan yang tidak pro rakyat, memecat, mengganti yang tidak kompeten, dan yang
luarbiasa adalah ketika beliau mencanangkan pembangunan bermula dari desa, yang
mana memiliki arti pembangunan akan dimulai dari daerah dan bukan hanya di
pulau jawa saja.
Yang
paling menakjubkan menurut saya dalam kepemimpinan Jokowi adalah selalu punya
trik jitu untuk memecah ombak yang sedang bergelora, dan triknya itu tak
terpikirkan oleh orang – orang biasa. Meskipun pada awalnya tampak meragukan
tetapi perlahan namun pasti, apa yang dirancangkan berjalan dengan sangat baik,
bahkan diluar perkiraan.
Beliau
berperang, tidak dengan menggunakan jurus The
art of war tetapi menggunakan jurus the
art of Diplomacy, dengan mengunjungi orang – orang yang membencinya, dengan
menjanjikan sesuatu kepada orang yang membencinya, agar mendukung programnya,
tetapi tetap memiliki prinsip we do it
with my way, dengan irama, suara, dan gayanya jokowi, jika tidak mau
searah, sesuara, maka silakan ambil jalan lain. Dan sejauh ini, cara itu
berhasil.
Beliau
memiliki cara sendiri untuk menunjukkan kekuasaannya, beliau menyadari bahwa
yang memilih beliau adalah rakyat, bukan partai, bukan anggota legislative,
sehingga beliau lebih mendengar apa yang menjadi keluhan masyarakat dengan
turun langsung ke lapangan, bukan hanya mendengar laporan dari bawahan. Beliau
beranggapan bahwa kehadirannya di lapangan akan memberi efek domino bagi
masyarakat dan bagi program yang sedang dijalankan, sehingga tidak ada lagi
laporan palsu yang masuk ke meja presiden, melainkan laporan konkrit dan dapat
dipertanggungjawabakan kebenarannya.
Keberadaan
penasehat yang tepat juga menjadikan Jokowi tak terduga, ide dan gagasannya.
Penempatan Luhut Binsar Panjaitan sebagai pembantunya, menjadikan Jokowi
luarbiasa, karena jokowi bukan orang militer, maka beliau butuh orang yang
paham tentang militer di sampingnya, sehingga jika berbicara tentang
ke-militeran, saran dan pandangan Luhut, sebagai orang yang orang yang
berpengalaman dibidangnya sangatlah
dibutuhkan.
The
art of Diplomacy-nya Jokowi selalu dicaci, diejek oleh sebagian orang, tetapi
pada akhirnya mereka dapat melihat, bahwa siapa saja yang berlawanan dengan
Jokowi, akan bertekuk lutut dan minta bergabung dalam gerbongnya Jokowi. Bijak
dalam melihat situasi, tenang dalam mengambil keputusan, berani bertindak walau
ditentang oleh sebagian orang, hormat kepada yang seharusnya memperoleh rasa
hormat itu, tunduk pada aturan, serta tetap merakyat
2. BASUKI
TJAHAYA PURNAMA (AHOK) – (EX) GUBERNUR DKI JAKARTA
Namanya
sudah menjadi perbincangan di kalangan rekan – rekannya semenjak beliau menjadi
anggota DPR RI, karena ulahnya yang selalu membuat orang capek, terutama
masalah keuangan. Dalam setiap perjalanan dinas, Ahok selalu mengembalikan sisa
uang perjalanan dinasnya, sehingga rekan – rekannya yang seperjalanan dengannya
merasa kesal, karena mereka biasanya tidak mau mengembalikan sisa uang
perjalanan dinas, akibatnya mereka harus buat laporan sisa uang perjalanan
dinas. Hal itu membuat rekan – rekannya merasa gerah bila bekerja sama dengan
Ahok.
Ahok
memiliki motto “Bersih, transparan, professional”, sebagai buktinya, iya selalu
memposting laporan keuangan dan gajinya selama berada di DPR RI di laman
website – nya.
Ahok
juga dikenal dengan ketegasannya, ditambah karena dia adalah seorang Kristen –
tionghoa, gaya bicaranya yang apa adanya, ceplas ceplos, dan terkadang juga
kelewatan hingga sering menyinggung perasaan orang – orang berperasaan halus.
Dia
semakin dikenal ketika dicalonkan menjadi wakil gubernur DKI Jakarta periode
2012 – 2017 mendampingi Jokowi Widodo, memenangi pertarungan itu dan menjabat
sebagai wakil gubernur hingga 2014 dan tahun 2015 menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta.
Sejak
menjabat di DKI Jakarta, Ahok sering bertentangan dengan pihak legislatif
karena cara pandang mereka yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan. Ahok
sangat ketat dalam hal biaya atau dana, sementara pihak legislatif sangat loyar
atau gampangan masalah biaya atau uang, sehingga sangat seringlah terjadi
perdebatan panjang yang tak berujung, dan ia pun tidak disukai oleh para
legislator di DKI Jakarta, tetapi hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk
membenahi DKI Jakarta.
Masalah
utama Jakarta yang paling sering dikeluhkan adalah masalah banjir, macet,
pengangguran. Ahok mencoba mencari cara untuk mengatasai semua itu, yaitu
dengan membentuk pasukan. Pasukan Orange, bagian yang menangani pembersihan
sampah, pasukan hijau adalah bagian yang mengurusi bagian pertamanan, pasukan
biru adalah bagian yang mengurusi masalah saluran air atau banjir. Darimana
mereka itu semua? Ahok mencari orang – orang yang pengangguran tetapi memiliki
banyak tanggungan, ditambah dari warga yang kena gusur, para peminta – minta.
Mereka digaji sebesar UMK Jakarta bahkan lebih. Untuk mengatasai macet, Ahok
menggenjot pembangunan jalan, penertiban, pedagang kaki lima, penertiban parkir
liar. Ahok mengangkat para preman pasar untuk menjadi petugas penjaga parkir
elektronik. Selain itu, Ahok juga memperbanyak bus trans Jakarta dan
sejenisnya, menarik bus dan angkutan umum yang telah tua dan tak laik operasi
lagi.
Hasilnya,
banyak daerah DKI Jakarta yang sudah bebas banjir, banyak daerah Jakarta yang
tidak macet lagi, jalanan bersih dari sampah, sungai – sungai tertata rapi,
taman bermain semakin banyak dan ramah anak.
Kepemimpinan
Ahok, memamg controversial, tetapi disukai banyak orang, terutama orang dengan
penghasilan menengah ke bawah. Sebaliknya sangat dibenci oleh mereka yang
memikirkan kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan penderitaan orang lain.
Ahok
menguasai apa yang dia kerjakan, bahkan lebih dari yang diperhitungkan oleh
banyak orang, termasuk para lawan politiknya, terlebih lagi, dia takut akan
Tuhan.
Ahok
keras kepada orang yang keras dan lembut kepada orang kecil. Terbukti, dengan
dibukanya kesempatan kepada masyarakat untuk mengadukan, menyampaikan
keluhannya kepada Ahok secara langsung di balai kota, sebelum beliau memasuki
ruang kerjanya.
Secara
pribadi, saya bingung sendiri dengan Ahok, beliau lulusan Magister Manajemen
tetapi menguasai apa saja yang ditanyakan kepadanya, baik masalah hukum, teknis
pelaksanaan, dan berbagai masalah lainnya. Saya melihat, beliau sepuluh kali
lebih pintar dan bijak dibandingkan orang – orang yang selevel dengan beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar